Halaman

Sabtu, 21 Juli 2012

MENJAUHI AMBISI PRIBADI

"Segera sesudah Zimri melihat, bahwa kota itu telah direbut, masuklah ia ke dalam puri istana raja, lalu membakar istana raja itu sedang ia sendiri ada didalamnya, dan ia mati". (1 Raja-raja 16:18)

Menjadi orang yang memiliki ambisi itu tidak salah, namun menjadi orang yang ambisius yang hanya hidup bagi ambisi-ambisi pribadinya saja, itu hanya membawa kepada kehancuran diri.

Peralihan dan perebutan kekuasaan sebagai raja Israel yang dicatat dalam bagian ini memang atas seijin dan kehendak Tuhan. Namun yang mau digarisbawahi dalam bagian ini adalah orang-orang yang mau mendapatkan kekuasaan dengan menjatuhkan kekuasaan yang lain karena didasarkan oleh ambisi pribadi. Seperti contohnya : Baesa bin Ahia, dengan segala ambisi yang ada pada dirinya, ia menghabisi nyawa isi rumah Yerobeam. Demikian pula halnya dengan Zimri, panglima atas setengah pasukan kereta raja Ela yang kemudian mengadakan persepakatan melawan dan membunuh dia. Bukan berhenti sampai di situ, nelainkan ia membunuh seluruh keluarga Baesa, ayahnya.

Namun setelah ambisi pribadinya terpuaskan, apakah dia puas? Hanya berselang tujuh hari setelah ia menjadi raja, maka seluruh Israel menobatkan Omri, panglima tentara, menjadi raja atas Israel. Melihat realita bahwa rakyat tidak memberikan dukunganan kepada dirinya dan bagaimana Omri beserta rakyat telah mengepung Tirza, wilayah kekuasaannya, maka dalam kekecewaannya ia melakukan tindakan tragis yaitu bunuh diri.

Jangan biarkan hidup kita diwarnai dengan ambisi-ambisi pribadi yang hanya mengakibatkan kekecewaan dan keputusasaan. Mari kita menjauhi ambisi pribadi yang membawa kepada kehancuran diri. Biarlah yang tertinggal adalah ambisi yang telah dikuduskan oleh Tuhan.